Tank BBM Pertamina (tempo.co) |
Seperti yang terjadi di Entikong, Kabupaten Sanggau, yang berbatasan langsung dengan Tebedu, Sarawak, negara bagian Malaysia. "Kami lebih sering pergi ke wilayah Malaysia dan mengisi bahan bakar di sana. Harganya lebih murah, Premium super dan solar RM 2.80 atau Rp 7.000 saja," kata Ketua Asosiasi Pengusaha dan Pedagang Perbatasan Indonesia (AP3I) Thalib H.R. saat dihubungiTempo, Rabu, 21 Maret 2012.
Menurut Thalib, jika menunggu BBM dari pemerintah, terpaksa membeli eceran yang harganya jauh lebih mahal. "Jadi daripada mengecer, lebih baik beli yang kualitasnya lebih baik. Bensin pun di sana oktannya rendah,” ujar Thalib. "Toh, jaraknya hanya 2 kilometer dari Entikong, aksesnya pun bagus.”
Hal yang sama terjadi pada perbatasan di Senaning, Kabupaten Sintang dan Distrik Jasa di Malaysia. “Masyarakat kami tidak bisa membeli BBM dari Indonesia. Harga bensin di Senaning 1 liter mencapai 12 ribu, sedangkan Malaysia RM 2.80 saja,” kata koordinator Komunikasi Informasi Perbatasan Kabupaten Sintang, Ambresius Murjani, saat dihubungi via telepon seluler, Rabu, 21 Maret 2012.
Saat ini, BBM dan bahan baku lainnya tidak bisa merapat ke daerah tersebut karena jalan penghubung terkena banjir. Justru banjir yang akan menyebabkan kenaikan harga. Jika infrastruktur diperbarui dan masalah banjir terpecahkan, masyarakat perbatasan tidak akan merasa menjadi orang terpencil di daerah yang dianggap beranda depan negara tetangga, yang menjual BBM lebih murah daripada di dalam negeri. “Jadi, naik atau tidak, ya tidak berpengaruh bagi kami,” ujar Murjani.
ASEANTY PAHLEVI
Sumber : http://www.tempo.co/