Bangun Pendidikan di Perbatasan!

Salah satu persoalan yang memicu polemik di perbatasan tak lepas dari dunia pendidikan. Selama ini pemerintah terkesan tidak memerhatikan pendidikan di kawasan perbatasan RI-Malaysia, di Kalimantan Barat.

Perbatasan Harus Kuat

Perbatasan : pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih karena dimensi yang terlibat cukup kompleks, seperti pertahanan-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya

Perbatasan Harus Sejahtera

Anggapan yang menyedihkan : Malaysia selama ini mengelola wilayah perbatasan secara lebih baik dibanding Indonesia

Selamatkan Perbatasan

Wilayah perbatasan : merujuk pada problematika masyarakat di wilayah perbatasan yang didominasi oleh minimnya infrastruktur dan rendahnya tingkat ekonomi warga

Indonesia dan Malaysia Satu Titik di Pulau Sebatik

Pulau Sebatik (google maps)
Pulau Sebatik adalah sebuah pulau kecil di sebelah timur laut Kalimantan, merupakan salah satu Kecamatan dari Kabupaten Nunukan. Kabupaten Nunukan merupakan salah satu wilayah perbatasan strategis karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Secara administratif,   Pulau Sebatik merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia.

Pulau Sebatik langsung berbatasan daratan dengan Malaysia, yang wilayahnya terbagi menjadi 2 (dua) bagian, sebagian wilayah merupakan daerah wilayah Negara Malaysia dan sebagian masuk dalam wilayah Indonesia. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi prioritas utama pembangunan karena perbatasan langsung dengan negara tetangga. Program utama yang perlu dilakukan di Pulau Sebatik antara lain adalah pembangunan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata serta peningkatan hukum dan pengawasan keamanan.

Dalam Buku Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara, Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi prioritas utama pembangunan karena berbatasan langsung dengan negara tetangga. Di Pulau Sebatik terdapat titik dasar CTD.036 dan titik referensi CTR.036.

ADMINISTRATIF
Pulau Sebatik termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Sebatik.  Kecamatan ini adalah kecamatan paling Timur dari Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Timur. Sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Nunukan, kecamatan Sebatik termasuk di dalamnya Pulau Sebatik mempunyai luas wilayah sekitar 247,47 km2. Dasar pembentukan Kecamatan Sebatik terkait dengan Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang pemekaran Kabupaten Bulungan di Provinsi Kalimantan Timur. Secara administrasi, pusat pemerintahan Kabupaten Nunukan terletak di Kota Nunukan dengan kewenangan pemerintahan mencakup Kecamatan Sebatik yang terdiri dari empat desa, yaitu Desa Tanjung Karang sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sebatik, Desa Pancang, Desa Sungai Nyamuk, Desa Tanjung Aru, dan Desa Setabu.  Pusat kegiatan perekonomian terpusat di Desa Sungai Nyamuk.

KONDISI GEOGRAFIS
Pulau Sebatik terletak di Selat Makasar pada koordinat 04o 10’ 00’’ LU - 4o 01’ 37” LU dan 117° 41’ 05” BT - 117o 55’ 56” BT.  Aktifitas sosial ekonomi penduduk telah berkembang baik di pulau ini. Secara geografis, Kecamatan Sebatik di  sebelah Utara garis lintang 4o 10’ 05” LU, berbatasan langsung dengan Negara Malaysia bagian timur, sebelah Selatan garis lintang 4o 01’ 37” LU, berbatasan langsung dengan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau, Kaltim, sebelah Barat garis bujur 117° 41’  05” BT, berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur dan Kabupaten Nunukan, dan sebelah Timur garis bujur 117o 55’ 56” BT, berbatasan dengan laut Sulawesi.

AKSESIBILITAS
Akses menuju ke Pulau Sebatik dapat dilakukan menggunakan transportasi udara dan dilanjutkan melalui transportasi laut. Jalur transportasi udara dilalui melalui jalur penerbangan Balikpapan - Kota Tarakan (pp) dilayani oleh beberapa maskapai penerbangan dengan jenis pesawat berbadan lebar dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam, dan jalur penerbangan Kota Tarakan - Kabupaten Nunukan (pp) dapat ditempuh dalam waktu 0,5 jam dengan penerbangan reguler (3 kali sehari). Perjalanan dari Kota Tarakan juga dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi laut yaitu menggunakan kapal cepat dengan jalur pelayaran dari Kota Tarakan ke Kabupaten Nunukan pulang pergi atau Kota Tarakan – Pulau Sebatik pulang pergi setiap sehari.  Apabila menggunakan kapal perintis, perjalanan hanya sampai di Pelabuhan Nunukan, kapal-kapal tersebut  adalah KM. Kerinci, KM.Gunung Awu, KM. Umsini, KM. Agomas, KM. Telaga Fitma, Samarinda Express dan Balikpapan Express.  Dari Kota Nunukan untuk menyeberang ke Pulau Sebatik dapat menggunakan perahu motor tempel atau speed boat yang membutuhkan waktu 10-15 menit.  Perjalanan menuju pusat Kecamatan Sebatik yaitu Sungai Nyamuk dapat menggunakan speed boat membutuhkan waktu 1,5 jam, sedangkan perjalanan melalui darat membutuhkan waktu 3-4 jam karena kondisi jalan yang belum baik. Kondisi jalan Pulau Sebatik terbagi atas jalan yang telah diaspal sepanjang 12 km dari Desa Pancang hingga Desa Tanjung Karang, Jalan yang berbatu sepanjang 48 km di Desa Tanjung Karang dan Desa Setabu, dan terakhir jalan tanah sepanjang 47,7 km di lima desa yang ada.
________________________________________
Kependudukan, Sosial Budaya dan Kelembagaan
Secara umum, masyarakat Sebatik memiliki stratifikasi sosial meski tidak didasarkan pada superioritas kelompok atas etnis tertentu. Pranata sosial terbentuk dari hasil integrasi berbagai kepentingan kelompok, terutama masyarakat Sulawesi dari berbagai etnis dan suku Tidung. Status suku Tidung dalam eksploitasi sumberdaya alam hanya sebagai buruh.
________________________________________
Ekosistem dan Sumberdaya Hayati

TERUMBU KARANG
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir dan laut tropis. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan Zooxantellae dan sedikit tambahan dari algae berkapur. Pengamatan kondisi karang dilakukan dengan menggunakan metode Transek Kuadrat.  Penentuan stasiun pengamatan didasarkan pada informasi yang didapat dari nelayan setempat, bahwa terumbu karang hanya ada di daerah sekitar pesisir Batu Lamampu.

Kondisi perairan cukup keruh, dengan sedimentasi yang cukup tinggi dan dengan dasar perairan pasir berlumpur. Kondisi penutupan karang berdasarkan penutupan total karang keras dan karang lunak berada pada kondisi buruk, dengan penutupan sebesar 24,10 %.  Komponen abiotik yaitu pasir berlumpur dan pecahan karang sangat tinggi persentase penutupannya, yaitu masing-masing sebesar 26,3 % dan 26 %.  Sedangkan beberapa jenis alga dan sponges menutupi wilayah ini sebesar 3 % dan 6 %.

Berdasarkan indeks struktur komunitas, indeks keanekaragaman (H’) berada pada kategori sedang yaitu 1,0213.  Indeks keseragaman berada pada kategori sedang (0,6907), Indeks dominansi (C’) berada pada kategori rendah (0,5312), hal ini menggambarkan tidak adanya dominansi oleh bentuk pertumbuhan karang tertentu di semua stasiun pengamatan.

MANGROVE
Hutan mangrove (hutan bakau) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur, berlempung atau berpasir. Hutan mangrove ditemukan di daerah pantai yang terlindung dan di muara sungai dengan ekosistem yang khas, sedangkan di pantai-pantai curam yang berdinding batu tidak ditumbuhi mangrove.

Ekosistem hutan bakau di Sebatik menyebar tidak merata di seluruh pantai dan pesisir. Keberadaan hutan bakau terutama ditemui di pantai yang mempunyai topografi dangkal dan terlindung. Hutan bakau dapat ditemui mulai dari pantai utara bagian utara dan selatan pulau.  Beberapa jenis pohon bakau yang umum dijumpai di Pulau Sebatik adalah bakau (Rhizophora spp), api-api (Avicennia spp), tanjung (Bruguiera spp), tengar (Ceriops spp) dan buta-buta (Exoecaria spp).

Luas hutan mangrove di Kecamatan Sebatik 2.981 hektar, dan yang dimanfaatkan menjadi tambak seluas 114 ha dan saat ini sebagian besar tidak dikelola.  Kendala utama pengelolaan tambak di Pulau Sebatik adalah ketersediaan air tawar. Beberapa lokasi yang terlindung di sekitar hutan mangrove dengan kedalaman air yang memadai dapat dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya laut seperti jenis kerang (Ostrea dan Anadara) dengan sistem rakit dan ikan kakap menggunakan keramba jaring apung disekitar pantai Bambangan, Liang Bunyu, Matingkas, hingga sebelum Batu Lemampu. Di daerah Bambangan banyak ditemukan mangrove dengan jenis Rhizophora spp, di Desa Liang Bunyu jenis Bruquiera spp, dan di Desa Tembaring dan di Desa Setabu jenis Avicenia spp. Sebagian besar mangrove yang ada dikawasan tersebut telah di konversi menjadi lahan tambak, dimana beberapa lahan tambak tersebut kemudian terlantar dan ditinggalkan.  Pola seperti ini hanya bertujuan sebagai

PERIKANAN
Ikan karang (ikan-ikan yang berasosiasi dengan karang) yang menghuni perairan sekitar Kecamatan Pulau Sebatik pada umumnya terdiri dari ikan hias dan ikan karang konsumsi. Jenis-jenis ikan karang hias yang banyak dijumpai di perairan sekitar Pulau Sebatik adalah seperti ikan badut/giru (Amphiprion accoelaris dan A, clarki), ikan sersan (Abudefduf bengalensis, A. lorentzi, A. septemfasciatus, A, sexatilis dan A, sexfasciatus), ikan betok (Chromis, Cinerascens, C, viridis, C, weberi), ikan kakaktua (Scarus ghobban), ikan okpis (Bodianus mesothorax), ikan tringger (Rhinechantus verrucosus), ikan pakol (Arothron immaculatus), ikan einjel (Pomacanthus anularis), ikan kepe-kepe (Chaetodon, Adiergatos, C, baronessa, C. octofasciatus, Cheilmon rostrarus), ikan layaran (Heniochus acuminatus).

Beberapa jenis ikan karang konsumsi yang banyak dijumpai adalah dari jenis ikan kerapu ( Chomileptes altivelis, Ephinephelus fuscoguttatus), ikan kakap (Lutjanus decussatus), ikan baronang (Siganus coralinus, S. dolainus), ikan ekor kuning (Caesio kuning), ikan tanda-tanda (Luiyanus Fulvilamma), ikan pari bintik biru (Halichoeris centriquadrus), ikan gitaran (Rhynchobatus djiddesis), ikan pari (Rhinotera javanica) dan beberapa jenis ikan konsumsi lainnya.

Perairan Sebatik termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) IV Selat Makassar dan Laut Arafura serta WPP VII Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik. Perairan Laut Sulawesi diperkirakan mempunyai potensi udang sekitar 2.500 ton/tahun, sedangkan potensi ikan demersal dan pelagis mencapai 54.860 ton/tahun. Sampai saat ini, pemanfaatan sumberdaya udang telah mencapai batas MSY, sedangkan tingkat pemanfaatan ikan pelagis dan demersal sekitar 61% (DKP dan LIPI, 2001). Di WPP IV, peluang pengembangan untuk pemanfaatan sumberdaya ikan masih terbuka untuk ikan pelagis besar dan pelagis kecil, sementara WPP VII masih terbuka peluang untuk pemanfaatan ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang dan lobster.

Potensi sumberdaya perikanan tangkap di Perairan Nunukan diperkirakan cukup besar meliputi potensi ikan demersal, udang dan ikan pelagis kecil yang tersebar di sekitar Pulau Bukat, Pulau Sebatik, Pulau Nunukan dan Pulau Sekapal. Menurut laporan hasil pendaratan ikan di PPI Sebatik pada saat sebelum berdirinya Kabupaten Nunukan, yaitu tahun 1998 produksi rata-rata perikanan tangkap per bulan mencapai 203,88 ton, produksi rata-rata dapat mencapai 2.446,56 ton/tahun dan udang mencapai 91,09 ton. Menurut data Statistik Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nunukan sampai pada akhir tahun 2003, produksi perikanan tangkap  adalah 6.522,45 ton per tahun, dan produksi tangkapan diperairan umum mencapai 71,16 ton per tahun. Potensi sumberdaya ikan berkaitan erat dengan kondisi perairan Pulau Sebatik, ikan-ikan pelagis ekonomis yang menjadi sasaran penangkapan yaitu ikan tongkol (Euthynnus spp), ikan tenggiri papan (scomberomus commersonni), ikan lemuru (sardinelia longiceps), ikan tembang (Sardinelia fimbriata), ikan parang-parang (Chirocentus dorap), ikan alu-alu (Spyraenal spp), ikan kembung (Rastralinger spp) dan berbagai jenis ikan pelagis lainnya. Sedangkan untuk ikan demersal antara lain adalah ikan bawal hitam (Pormis niger), ikan bawal putih (Pampus argenteus), ikan manyung (Arias talasimus), ikan gerot-gerot (Pamatiasis maculatus), ikan kurisi (Neniteus nematop), udang putih, udang barong dan jenis udang lainnya. Nilai produksi tertinggi dari beberapa jenis ikan hasil tangkapan di Kabupaten Nunukan adalah ikan bawal hitam, kuro, bawal putih, arut, senangin putih, belanak dan parang.   Nilai jual ikan ini dipengaruhi oleh sistem dan rantai perdagangan di Sebatik yang sangat dekat dengan pusat penjualan ikan di Tawao Malaysia.

POTENSI WISATA
Aktivitas periwisata sudah sewajarnya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Untuk mewujudkan hal tersebut, di Kabupaten Nunukan telah dibangun hotel-hotel sebagai tempat peristirahatan bagi wisatawan baik asing maupun domestik. Sampai ahkir tahun 2004 jumlah hotel di Kabupaten Nunukan mencapai 24 hotel yang tersebar di 5 kecamatan yakni Krayan 2 hotel, Sembakung 2 hotel, Nunukan 14 hotel, Sebatik 4 hotel dan Sebuku 3 hotel.

Sebagian besar wistawan asing yang berkunjung ke Kabupaten Nunukan berasal dari Malaysia dan Filipina. Pada tahun 2004 jumlah wisatawan dengan visa yang berasal dari malaysia mencapai 363 pengunjung sedangkan wisatawan asal eropa menacapai 52 orang dengan rincian 38 pengunjung dengan visa dan 14 pengunjung tanpa visa. Kegiatan priwisata di Kecamatan Sebatik sendiri belum begitu berkembang.  Setidaknya ada 6 obyek wisata yang dapat dijadikan sebagai lokasi wisata di Sebatik yang telah diagendakan oleh Dinas Pariwisata.  Daerah pantai yang layak di jadikan sebagai lokasi adalah di Sungai Taiwan, karena memiliki pantai dengan pasir berwarna kuning.  Selain itu juga ada lokasi wisata di pedalaman seperti wisata air terjun, dan wisata dikawasan mangrove.  Daerah yang menjadi target pemgembangan pariwisata adalah di Pantai Batu Lemampu dan Liang Bunyu.
________________________________________
Sumberdaya Non Hayati
________________________________________
Aktivitas Pengelolaan Sumberdaya
________________________________________
Lingkungan
FISIOGRAFI DAN TOPOGRAFI
Topografi Pulau Sebatik cukup bervariasi berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Topografi sebagian besar wilayah Pulau Sebatik mempunyai ketinggian antara 0-500 meter dari permukaan laut (dpl),  dimana 10 % wilayah dengan ketinggian 0-50 m dpl, 75 % wilayah dengan ketinggian 50-150 m dpl,  dan 15 % wilayah dengan ketinggian 150-500 m dpl. Ketinggian maksimum terdapat di pegunungan tengah Pulau Sebatik yaitu 500 m dpl.
Bentuk lahan atau topografi Kecamatan Sebatik bervariasi terdiri atas daerah cekungan (daerah pasang surut, rawa-rawa, endapan pantai, laut), teras laut dan dataran, perbukitan, daerah bergelombang dan bergunung.  Dataran pantai mempunyai kemiringan lereng sebesar kurang dari 2 %, wilayah cekungan (rawa dan teras laut)  dengan kemiringan 2-25 %, daerah perbukitan dan pegunungan tengah dengan kemiringan lereng 25-40 %. Wilayah pesisir pantai Pulau Sebatik didominasi oleh vegetasi mangrove, sedangkan wilayah pegunungan dibagian tengah ditumbuhi oleh hutan sekunder dan sebagian dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.

KLIMATOLOGI
Pulau Sebatik memiliki iklim yang sama dengan iklim di Propinsi Kalimantan Timur yaitu adanya musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi oleh musim peralihan. Selain itu, karena terletak di daerah katulistiwa maka iklim di Pulau Sebatik dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat pada November-April dan angin Muson Timur pada Mei-Oktober.  Pulau sebatik secara umum beriklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,8 oC, suhu terendah 22,9 oC pada bulan Agustus dan tertinggi 33,0 oC pada bulan April. Kelembaban udara berkisar antara 44 persen – 100 persen, dengan kecepatan angin rata-rata 0,5 knots. Penyinaran matahari rata-rata 58,5 persen, terendah 44 persen pada bulan Juni dan tertinggi 76 persen pada bulan April.  Berdasarkan data stasiun klimatologi periode 1998-2000, curah hujan rata-rata 2.280 mm/tahun dengan bulan basah terjadi pada bulan Mei, Juni, Oktober ,Desember (curah hujan > 200 mm/bulan) dan tanpa bulan kering (< 100 mm/bulan).  Di luar bulan-bulan tersebut curah hujan berkisar 100-200 mm/bulan.

OSEANOGRAFI
Kondisi oseanografi di wilayah Sebatik cukup bervariasi. Kondisi pasang surut di pesisir Pulau Sebatik termasuk pasang surut campuran, cenderung bersifat harian ganda (mixed prevailing semi diurnal) dengan 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam sehari dengan amplitudo dan periode pasang surut yang berbeda serta tunggang air (tidal range) maksimum 2,8 m. Kecepatan arus maksimum di perairan pesisir Pulau Sebatik terjadi pada saat pergerakan pasang surut terbesar, yaitu saat neap tide dan spring tide, dengan kecepatan arus rata-rata 87,5-102 cm/detik, arah arus pasang mencapai 250o-333o dan arah surut 36o-130o. Kecepatan arus rata-rata akibat densitas air laut sebesar 8,5-10,7 cm/detik dengan arah 15o-33o saat spring tide dan arah 65o-82o saat neap tide. Kecepatan arus ini semakin mengecil seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan.
________________________________________
Sarana dan Prasarana
Listrik
Kebutuhan listrik di Pulau Sebatik dipenuhi dari PLTD yang disuplai dari Nunukan untuk Sebatik Selatan. Sedangkan untuk Sebatik Utara dipenuhi dari Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTMH)

Telepon
Prasarana dan Sarana Perekonomian
Pasar (6), Toko/Kios (257), Warung Makan (21), Hotel/Penginapan (4), Wartel (3), dan Bank (3)

Transportasi dan Komunikasi
Prasarana transportasi yang tersedi di kecamatan Sebatik sampai tahun 2007 terdiri dari 1 buah pelabuhan speed boat yang melayani ke Kota Tarakan dan Kota Tawau, Malaysia dengan jumlah kapal yang lambat untuk pelayaran dalam negeri berjumlah 1.146 dan pelayaran luar negeri berjumlah 102.

Untuk sarana perhubungan udara belum tersedia karena bandara terdekat ada di Ibukota Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan yang relatif masih bisa dijangkau oleh masyarakat Kecamatan Sebatik. Dari data Dispenda Kaltim unit pembantu UPTD Nunukan di Sebatik mencatat jumlah kendaraan terbanyak yaitu sepedah motor sebanyak 767 unit, bus/mini bus 31 unit, pick up 13 unit, dan truck 6 unit. Untuk data panjang jalan yang ada tahun 2005 sedangkan tahun 2006 belum tersedia datanya.
Sarana komunikasi pada kantor pos Indonesia Sebatik surat yang dikirim sebanyak 6.536 pucuk surat sedangkan surat yang diterima sebanyak 8.748 di kecamatan sebatik terdapat 4 buah wartel. Pelanggan Telkom sebanyak 345 SST yang menikmati sarana komunikasi.
________________________________________
Peluang Investasi
________________________________________
Potensi dan Arahan Pengembangan

Pengembangan yang perlu dilakukan di Pulau Sebatik antara lain pengembangan dan pengelolaan sektor unggulan di Pulau Sebatik, yaitu sektor pertanian dan perkebunan, serta sektor perikanan (budidaya dan tangkap), melalui pengembangan teknologi budidaya, pengolahan pasca panen, penyediaan sarana dan prasarana, pemberdayaan masyarakat, akses permodalan usaha, pengembangan mata pencarian alternatif, dan perluasan akses pasar, dan pengembangan pariwisata bahari, melalui penyediaan sarana dan infrastruktur serta peningkatan promosi yang lebih baik; juga Peningkatan penegakan hukum dan pengawasan yang dilakukan secara kolektif.

Sumber : http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/297

Source » http://www.wakrizki.net/2011/02/membuat-komentar-facebook-sederhana.html#ixzz1iqMzJQhE

Pulau Enggano : Perbatasan Indonesia di Samudera Hindia

Foto : www.antarabengkulu.com
Tidak hanya berbatasan dengan negara Asia Tenggara ataupun Papua Nugini. Namun, ada juga wilayah perbatasan Indonesia yang berbatasan dengan India. Itulah Pulau Enggano yang masuk Kecamatan Enggano merupakan bagian dari Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Wilayah tersebut termasuk salah satu pulau terluar Indonesia dan berbatasan dengan India. Meski tidak terlalu terisolasi, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk tiba di kecamatan ini dengan kapal laut.

Setidaknya, dibutuhkan waktu 12 jam untuk tiba ke Enggano menyeberangi Samudra Hindia. Itu pun jika cuaca di tengah laut normal. Bila terjadi badai, bukan tidak mungkin perjalanan ditempuh lebih dari 12 jam.

Menuju Enggano harus menyeberangi Samudra Hindia sepanjang 156 kilometer. Belum lagi, menuju ibu kota Kabupaten Bengkulu Utara, Arga Makmur, harus kembali menempuh jalur darat sepanjang 76 kilometer.

Namun, tidak setiap hari bisa menuju Enggano. Sebab, kapal hanya beroperasi dua kali seminggu, yakni setiap Rabu-Sabtu. Itu pun dengan catatan cuaca laut masih bisa dilalui kapal laut.

Dua bulan terakhir, alat transportasi pesawat di Enggano juga mulai aktif dua kali seminggu. Yaitu, setiap Senin-Jumat. Masyarakat bisa terbang dengan pesawat 12 penumpang itu dari Enggano ke ibu kota Provinsi Bengkulu dengan menempuh satu jam penerbangan.

Hal menarik lainnya, berada di tengah Samudra Hindia, lokasi kecamatan diduga kerap menjadi perlintasan imigran gelap. Mereka biasanya melintasi Enggano dengan tujuan mencari suaka di Pulau Christmas, Australia. Bahkan, pernah ada imigran gelap yang terdampar di pulau tersebut lantaran kehabisan BBM dan terpaksa diamankan di Pulau Enggano.

Dari segi fasilitas masyarakat, Pulau Enggano juga masih terbilang terbelakang jika dibandingkan dengan kecamatan yang lain di Bengkulu. Hingga kini, masyarakat Pulau Enggano belum mendapat fasilitas listrik. Untuk penerangan dan kebutuhan listrik, masyarakat menggunakan genset besar yang dibeli dari dana Pemda BU. Itu pun penggunaannya sangat terbatas, yaitu hanya pukul 18.00–23.00 WIB. Sebab, biaya operasional genset cukup mahal.

Selain genset, di lokasi ada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Namun, hanya beberapa rumah di setiap desa yang menggunakan lantaran tidak semua rumah bisa memakai fasilitas tersebut.

Dari sisi infrastruktur jalan, Enggano juga masih terbelakang. Sepanjang 37 kilometer jalan yang menghubungkan enam desa, tidak sampai 15 kilometer yang sudah mendapat fasilitas pengerasan. Meski bisa dilalui kendaraan roda empat, jalan masih berupa jalan tanah merah yang licin dan berlumpur jika hujan.

Namun, untuk memperbaiki jalan di Enggano, pemda harus berpikir berkali-kali karena dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Pembangunan jalan di Enggano mencapai empat kali lipat dari pembangunan di wilayah lain lantaran material harus dibawa dengan menggunakan kapal. Sebagian besar masyarakat Enggano bermata pencarian nelayan dan petani perkebunan.

Enggano tercatat sebagai penghasil pisang dalam jumlah besar. Setiap panen, hasilnya dikirimkan ke Provinsi di Sumatera dan Jawa. Bupati Bengkulu Utara (BU) Imron Rosyadi menyatakan, sebagai salah satu daerah kepulauan terluar, Enggano cukup tertinggal. Meskipun, belakangan pemerintah mulai melirik Enggano dalam program daerah terluar dan daerah kepulauan.

’’Untuk air minum, sebelumnya di Enggano agak kesulitan karena airnya bercampur air laut. Namun, sekarang ada program dari TNI-AL memanfaatkan mesin untuk mengubah air laut jadi air minum,’’ ucapnya.

Dia mengungkapkan, APBD memang tidak mampu membangun Kecamatan Enggano secara langsung, terutama infrastruktur. Belakangan, Pemda Bengkulu Utara mulai melakukan pendekatan dengan pemerintah pusat yang intinya meminta bantuan dana untuk pembangunan di Enggano.

’’Kami sudah bicarakan dengan menteri pariwisata soal menjadikan Enggano sebagai pusat pariwisata. Kami harap jadi titik balik pembangunan di Enggano. Sebab, dengan objek wisata, pembangunan lain seperti infrastruktur dan fasilitas masyarakat akan berjalan,’’ kata Imron. (tri/JPNN/c19/diq)

Info lebih lengkap : http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Enggano

Sumber : http://www.jpnn.com/read/2015/05/18/304590/Pulau-Enggano,-Bengkulu-Utara,-yang-Berbatasan-dengan-India
Source » http://www.wakrizki.net/2011/02/membuat-komentar-facebook-sederhana.html#ixzz1iqMzJQhE

Deklarasi Juanda Mempererat Persatuan Indonesia

Image : id.wikipedia.org
”Segala perairan disekililing dan diantara pulau-pulau di Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari daratan dan berada di bawah kedaulatan Indonesia”.

Pernyataan ini dibacakan dalam siding Kabinet oleh Perdana menteri Djuanda sebagai landasan hukum bagi penyusunan Rancangan Undang Undang yang nantinya dipergunakan untuk menggantikan Territoriale Zee and Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939, terutama pasal 1 ayat 1 yang menyatakan wilayah territorial Indonesia hanya 3 mill diukur dari garis air rendah setiap palung.
Source » http://www.wakrizki.net/2011/02/membuat-komentar-facebook-sederhana.html#ixzz1iqMzJQhE

Menjaga Kedaulatan Indonesia di Perbatasan

Nun, 15 kilometer dari perbatasan Timor Leste terdapat pelabuhan ramai, tempat sandar dan singgah kapal-kapal yang hendak ke Timor Leste dari Indonesia dan sebaliknya. Daerah itu bernama Atapupu, dulu saat Nusa Tenggara acap disebut Sunda Kecil, Atapupu adalah pelabuhan rakyat, ketika sejarah bergerak maju, pelabuhan ini pun semakin ramai dan menjadi pelabuhan penting di daerah perbatasan Indonesia – Timor Leste. Atapupu walau panas tapi cantik, kota kecil ini tersohor dengan pantai pasir putihnya, namanya Pantai Sukaerlaran, kadang karena orang lupa namanya, sering disebut saja Pantai Atapupu.

Tegak di ramainya pelabuhan Atapupu terdapat bangunan berwarna kuning gading, tempat korps Bea Cukai bertugas di perbatasan negara, nama resminya adalah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe B Atapupu. Ini adalah kantor dimana ujung tombak pelayanan Bea Cukai berada di garda terdepan perbatasan. Pelayanan dan pengawasan atas daerah pabean memang tugas utama kantor pabean, namun di perbatasan tugas kantor pabean bertambah, mereka mengemban amanat atas kedaulatan Indonesia di perbatasan. Adanya kantor Bea Cukai di Atapupu adalah perwujudan Tugas Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) dalam melindungi ekonomi Indonesia di perbatasan negara.

Pelabuhan Atapupu sendiri adalah pelabuhan kunci dari perdagangan antar negara Indonesia dan Timor Leste. Di pelabuhan yang sedang melakukan ekspansi dermaga ini, setiap hari barang-barang seperti sembako, tekstil, bahan bangunan sampai kendaraan bermotor diekspor ke Timor Leste. Sementara arus masuk barang dari Timor Leste seperti rempah dan kemiri pun cukup tinggi. Dan dari Kantor Bea Cukai Atapupu inilah arus barang dimonitor dan diawasi dengan ketat.

Penegakan Kedaulatan Di Motaain

Motaain adalah daerah yang kering dan gersang, jika pandang diselayangkan, nun di kejauhan hanya tampak areal meranggas dengan satu dua pohon yang tinggal batangnya, rontok semua daunnya. Dan di Motaain – lah, sebuah pos Bea Cukai yang merupakan kepanjangan tangan dari Kantor Bea Cukai Atapupu bertempat. Di tengah panas teriknya perbatasan, setiap hari teman-teman Bea Cukai menjalankan tugasnya.

Teman-teman Bea Cukai yang berdinas di Motaain mengemban tugas yang tidak main-main. Mereka melakukan pengawasan terhadap lintas batas Indonesia – Timor Leste yang paling ramai. Sebagai area perbatasan, Motaain adalah sebuah daerah yang ramai, simpul ekonomi baru di perbatasan. Memang sebelum adanya pembangunan kawasan perbatasan, Motaain tak lebih dari area gersang tak berpenguni, tapi sekarang Motaain adalah pintu masuk utama perbatasan dua negara, dari sebelumnya daerah tak bertuan kini tumbuh menjadi semacam kota kecil, dengan pos-pos militer, kantor polisi, kios-kios penukaran uang dan pasar.

Pelintas batas di Motaain memang salah satu yang terbanyak, ratusan bahkan ribuan orang di saat tertentu seperti perayan Natal atau Paskah. Dan disinilah salah satu area pengawasan para petugas Bea Cukai Atapupu, lintas batas berarti adalah area yang rawan untuk lalu lintas barang, baik yang legal ataupun yang ilegal. Maka di sinilah para petugas Bea Cukai memasang mata yang lebih tajam untuk mengawasi arus lalu lintas barang tersebut sekaligus mencegah terjadinya penyelundupan di perbatasan.

Seperti pada 2012, ketika sedang melakukan pengawasan rutin di Atapupu, petugas Bea Cukai mencokok seorang pengedar narkoba lintas batas. Iwan Syafei si tersangka penyelundup narkoba ini tertangkap dengan tiga kilogram shabu-shabu yang disimpan di koper. Untung berkat ketelitian petugas Bea Cukai di Atapupu, upaya penyelundupan ini berhasil digagalkan dan Iwan Syafei kemudian dipolisikan.

Kerja keras petugas Bea Cukai di perbatasan tak hanya itu. Seramai-ramainya perbatasan, mereka berada di ujung negara. Di tengah panas terik yang memanggang Motaain mereka harus bertugas sembari mengenyahkan sepi. Tantangan di Motaain disiasati dengan kerjasama antar instansi, tak jarang Bea Cukai berkoordinasi dengan pihak Kepolisian, Militer dan Imigrasi untuk mengawasi daerah di perbatasan. Dengan koordinasi semacam ini maka teman-teman Bea Cukai bisa melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan efektif. Seperti saat kasus Iwan Syafei tersebut, Bea Cukai bekerja sama dengan Kepolisian untuk mengungkap dan menindak penyelundupan kasus shabu-shabu yang nilainya hampir lima miliar rupiah itu.

Penyelundupan memang kisah suram di perbatasan dan ini persoalan utama yang dihadapi teman-teman Bea Cukai di Atapupu. Ihwal utama yang menjadi penyebab penyelundupan adalah kesenjangan ekonomi antara kedua negara, dimana kemudian oknum-oknum mengambil keuntungan dengan melakukan penyelundupan. Yang paling marak adalah penyelundupan BBM, harga BBM di Timor Leste yang dua kali lipat di Atambua membuat banyaknya BBM dari Indonesia masuk ke Timor Leste. Tak jarang mereka menerabas hutan-hutan di perbatasan di sepanjang garis batas Atambua – Timor Leste atau memodifikasi mobil dengan menambah volume tangki untuk mengecoh petugas di perbatasan.

Hal sebaliknya adalah masuknya barang impor yang rata-rata dari Australia di wilayah Atapupu dan Atambua. Anggur, rokok sampai minuman ringan dari negeri Kangguru bisa ditemui di Atambua. Jalur masuknya pun bisa dibilang tak resmi, imbas arus pertukaran barang antar negara tadi. Penyelundupan baik skala besar maupun skala kecil, dari BBM, Kendaraan Bermotor sampai barang-barang kecil inilah yang harus dihadapi Bea Cukai Atapupu.

Kesenjangan ekonomi yang terjadi rupanya menjadikan penyelundupan sebagai musuh utama. Tapi setidaknya dengan personel yang ada, Kantor Bea Cukai Atapupu sudah berusaha sangat keras untuk mencegat tindakan penyelundupan dan memperkarakan para penyelundup di perbatasan. Butuh dukungan nyata dari pemerintah agar Kantor Bea Cukai Atapupu kemudian bisa meningkatkan kinerjanya, menegakkan kedaulatan dan menindak penyelundupan. Ini perlu, agar ada angin sejuk di antara gersangnya perbatasan.

Daulat Ekonomi Perbatasan

Dibandingkan impor, ekspor Indonesia ke Timor Leste memang sangat dominan. Rilis Bank Indonesia pada 2011, menyebutkan bahwa nilai  ekspor NTT ke wilayah Timor Leste sebesar $ 6,43 juta atau 32,57% sementara impor NTT dari Timor Leste pada periode yang sama senilai $ 45,04 ribu atau hanya sebesar 0,37% dari total impor. Ini selain menjawab adanya kesenjangan ekonomi juga menunjukkan bagaimana ketergantungan Timor Leste terhadap pasokan dari Indonesia.

Selanjutnya Bank Indonesia melanjutkan rilisnya, barang-barang di Motaain mayoritas dari Indonesia. Setidaknya ini gambaran bagus untuk kedaulatan ekonomi di perbatasan Indonesia – Timor Leste. Ini berita cerah jika dibandingkan berita getir di perbatasan Indonesia – Malaysia, dimana barang-barang Malaysia justru membanjiri pasar perbatasan Kalimantan. Ini cerita suram karena rupanya di Kalimantan, harga barang-barang Malaysia berkali lipat lebih murah daripada barang dari Indonesia yang mayoritas dipasok dari Jawa.

Daulat ekonomi inilah yang terus dijaga oleh teman-teman Bea Cukai di perbatasan. Apalagi di sekitar perbatasan, Motaain, Atambua dan Atapupu ada tren menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Orang-orang Timor Leste memang menggunakan mata uang amerika tersebut untuk bertransaksi. Ini membuat orang-orang Indonesia di perbatasan terpancing menggunakan mata uang dollar karena lebih menguntungkan.

Sebuah laporan dari Kompas menyebutkan bahwa ada kecenderungan transaksi perdagangan di perbatasan menggunakan dollar karena lebih menguntungkan daripada menggunakan rupiah. Bahkan para pedagang mulai lebih suka menjual pada orang-orang Timor Leste daripada ke orang-orang Indonesia. Berkah dollar rupanya sedikit menggerogoti kedaulatan rupiah di perbatasan. Menurut Bank Indonesia porsi penggunaan rupiah adalah 90 % di perbatasan, sementara dollar 10 %, dengan kecenderungan seperti laporan Kompas tadi ada potensi komposisi penggunaan rupiah akan berkurang digerus penggunaan dollar.

Ini juga masalah, jangan sampai fenomena arus perdagangan semacam ini lantas menggerus kedaulatan ekonomi Indonesia di perbatasan. Tentunya kasus seperti di perbatasan Kalimantan dengan skala berbeda jangan sampai terulang di Atapupu. Adalah Bea Cukai Atapupu yang harus sejak dini mengawal arus perdagangan lintas negara ini. Minimal dengan pengawasan terhadap arus barang ekspor dan impor yang memang sudah menjadi domain kerja Bea Cukai maka kedaulatan rupiah tetap terjaga dari gerusan dollar.

Saya membayangkan kerja berat Bea Cukai Atapupu. Beberapa kali penyelundupan skala besar yang kerap terjadi harus dihadapi. Modusnya adalah kapal-kapal besar lego jangkar jauh dari pelabuhan kemudian membuang BBM-nya ke kapal-kapal kecil untuk dibawa ke Timor Leste. Perkara besar seperti inilah yang menjadi tantangan sehari-hari teman-teman Bea Cukai di Atapupu. Dan tentunya fenomena demikian harus ditindak tegas, bukan hanya dilihat sambil lalu.

Dari sebuah daerah kecil, panas dan gersang mereka menjaga kedaulatan ekonomi Tanah Air. Di balik rindu sepi di perbatasan mereka menghalau para penyelundup yang mencoba merongrong kedaulatan Indonesia. Tentunya angkat topi setinggi-tingginya untuk teman-teman Bea Cukai di Atapupu, di terik mentari, di gersang padang rumput di sepinya biru laut, di panasnya perbatasan mereka membela kedaulatan Tanah Air. Dan mungkin harus ada bisikan untuk pemegang kekuasaan agar meningkatkan infrastruktur dan sarana untuk teman-teman di Atapupu, tak lain dan tak bukan demi menjaga tegaknya kedaulatan negara.

 Tabik.

Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Blog yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berhadiah jalan-jalan ke NTT dan mengunjungi daerah perbatasan negara. Informasi lengkapnya bisa diakses disini.

Teks : efenerr.com

Sumber Foto :

Blog Bea Cukai Atapupu

Foto Motaain

Sumber Artikel :

1. Pelabuhan Atapupu : Tribunnews.

2. Berita penangkapan penyelundup Narkoba di Motaain tahun 2012 : Beritanda dan Inilah.com

3. Kasus penyelundupan perbatasan Indonesia – Timor Leste : Antara

4. Artikel tentang Kedaulatan Rupiah di Atambua : Bank Indonesia  dan Kompas.
Source » http://www.wakrizki.net/2011/02/membuat-komentar-facebook-sederhana.html#ixzz1iqMzJQhE

TNI AU Siapkan Landasan Pacu Pesawat Tempur di Perbatasan Malaysia

Foto : antara
Pasca pembangunan tiang pancang dan manuver helikopter Malaysia di perairan Tanjung Datok, Kalimantan Barat (Kalbar), TNI AU berencana memperkuat pertahanan udara. Landasan pacu eks peninggalan Belanda bakal difungsikan kembali untuk pendaratan pesawat tempur.

"Ini instruksi Panglima TNI untuk memfungsikan kembali landasan pacu di Paloh, di perbatasan Malaysia menjadi landasan pangkalan AU," kata Asisten Operasi KASAU, Marsekal Muda Sudipo Handoyo, kepada wartawan saat berada di Lanud Supadio Pontianak, Kalbar, Senin (9/6/2014).

Source » http://www.wakrizki.net/2011/02/membuat-komentar-facebook-sederhana.html#ixzz1iqMzJQhE