Indonesia dan Malaysia Satu Titik di Pulau Sebatik

Pulau Sebatik (google maps)
Pulau Sebatik adalah sebuah pulau kecil di sebelah timur laut Kalimantan, merupakan salah satu Kecamatan dari Kabupaten Nunukan. Kabupaten Nunukan merupakan salah satu wilayah perbatasan strategis karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Secara administratif,   Pulau Sebatik merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia.

Pulau Sebatik langsung berbatasan daratan dengan Malaysia, yang wilayahnya terbagi menjadi 2 (dua) bagian, sebagian wilayah merupakan daerah wilayah Negara Malaysia dan sebagian masuk dalam wilayah Indonesia. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi prioritas utama pembangunan karena perbatasan langsung dengan negara tetangga. Program utama yang perlu dilakukan di Pulau Sebatik antara lain adalah pembangunan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata serta peningkatan hukum dan pengawasan keamanan.

Dalam Buku Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara, Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi prioritas utama pembangunan karena berbatasan langsung dengan negara tetangga. Di Pulau Sebatik terdapat titik dasar CTD.036 dan titik referensi CTR.036.

ADMINISTRATIF
Pulau Sebatik termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Sebatik.  Kecamatan ini adalah kecamatan paling Timur dari Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Timur. Sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Nunukan, kecamatan Sebatik termasuk di dalamnya Pulau Sebatik mempunyai luas wilayah sekitar 247,47 km2. Dasar pembentukan Kecamatan Sebatik terkait dengan Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang pemekaran Kabupaten Bulungan di Provinsi Kalimantan Timur. Secara administrasi, pusat pemerintahan Kabupaten Nunukan terletak di Kota Nunukan dengan kewenangan pemerintahan mencakup Kecamatan Sebatik yang terdiri dari empat desa, yaitu Desa Tanjung Karang sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sebatik, Desa Pancang, Desa Sungai Nyamuk, Desa Tanjung Aru, dan Desa Setabu.  Pusat kegiatan perekonomian terpusat di Desa Sungai Nyamuk.

KONDISI GEOGRAFIS
Pulau Sebatik terletak di Selat Makasar pada koordinat 04o 10’ 00’’ LU - 4o 01’ 37” LU dan 117° 41’ 05” BT - 117o 55’ 56” BT.  Aktifitas sosial ekonomi penduduk telah berkembang baik di pulau ini. Secara geografis, Kecamatan Sebatik di  sebelah Utara garis lintang 4o 10’ 05” LU, berbatasan langsung dengan Negara Malaysia bagian timur, sebelah Selatan garis lintang 4o 01’ 37” LU, berbatasan langsung dengan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau, Kaltim, sebelah Barat garis bujur 117° 41’  05” BT, berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur dan Kabupaten Nunukan, dan sebelah Timur garis bujur 117o 55’ 56” BT, berbatasan dengan laut Sulawesi.

AKSESIBILITAS
Akses menuju ke Pulau Sebatik dapat dilakukan menggunakan transportasi udara dan dilanjutkan melalui transportasi laut. Jalur transportasi udara dilalui melalui jalur penerbangan Balikpapan - Kota Tarakan (pp) dilayani oleh beberapa maskapai penerbangan dengan jenis pesawat berbadan lebar dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam, dan jalur penerbangan Kota Tarakan - Kabupaten Nunukan (pp) dapat ditempuh dalam waktu 0,5 jam dengan penerbangan reguler (3 kali sehari). Perjalanan dari Kota Tarakan juga dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi laut yaitu menggunakan kapal cepat dengan jalur pelayaran dari Kota Tarakan ke Kabupaten Nunukan pulang pergi atau Kota Tarakan – Pulau Sebatik pulang pergi setiap sehari.  Apabila menggunakan kapal perintis, perjalanan hanya sampai di Pelabuhan Nunukan, kapal-kapal tersebut  adalah KM. Kerinci, KM.Gunung Awu, KM. Umsini, KM. Agomas, KM. Telaga Fitma, Samarinda Express dan Balikpapan Express.  Dari Kota Nunukan untuk menyeberang ke Pulau Sebatik dapat menggunakan perahu motor tempel atau speed boat yang membutuhkan waktu 10-15 menit.  Perjalanan menuju pusat Kecamatan Sebatik yaitu Sungai Nyamuk dapat menggunakan speed boat membutuhkan waktu 1,5 jam, sedangkan perjalanan melalui darat membutuhkan waktu 3-4 jam karena kondisi jalan yang belum baik. Kondisi jalan Pulau Sebatik terbagi atas jalan yang telah diaspal sepanjang 12 km dari Desa Pancang hingga Desa Tanjung Karang, Jalan yang berbatu sepanjang 48 km di Desa Tanjung Karang dan Desa Setabu, dan terakhir jalan tanah sepanjang 47,7 km di lima desa yang ada.
________________________________________
Kependudukan, Sosial Budaya dan Kelembagaan
Secara umum, masyarakat Sebatik memiliki stratifikasi sosial meski tidak didasarkan pada superioritas kelompok atas etnis tertentu. Pranata sosial terbentuk dari hasil integrasi berbagai kepentingan kelompok, terutama masyarakat Sulawesi dari berbagai etnis dan suku Tidung. Status suku Tidung dalam eksploitasi sumberdaya alam hanya sebagai buruh.
________________________________________
Ekosistem dan Sumberdaya Hayati

TERUMBU KARANG
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir dan laut tropis. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan Zooxantellae dan sedikit tambahan dari algae berkapur. Pengamatan kondisi karang dilakukan dengan menggunakan metode Transek Kuadrat.  Penentuan stasiun pengamatan didasarkan pada informasi yang didapat dari nelayan setempat, bahwa terumbu karang hanya ada di daerah sekitar pesisir Batu Lamampu.

Kondisi perairan cukup keruh, dengan sedimentasi yang cukup tinggi dan dengan dasar perairan pasir berlumpur. Kondisi penutupan karang berdasarkan penutupan total karang keras dan karang lunak berada pada kondisi buruk, dengan penutupan sebesar 24,10 %.  Komponen abiotik yaitu pasir berlumpur dan pecahan karang sangat tinggi persentase penutupannya, yaitu masing-masing sebesar 26,3 % dan 26 %.  Sedangkan beberapa jenis alga dan sponges menutupi wilayah ini sebesar 3 % dan 6 %.

Berdasarkan indeks struktur komunitas, indeks keanekaragaman (H’) berada pada kategori sedang yaitu 1,0213.  Indeks keseragaman berada pada kategori sedang (0,6907), Indeks dominansi (C’) berada pada kategori rendah (0,5312), hal ini menggambarkan tidak adanya dominansi oleh bentuk pertumbuhan karang tertentu di semua stasiun pengamatan.

MANGROVE
Hutan mangrove (hutan bakau) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur, berlempung atau berpasir. Hutan mangrove ditemukan di daerah pantai yang terlindung dan di muara sungai dengan ekosistem yang khas, sedangkan di pantai-pantai curam yang berdinding batu tidak ditumbuhi mangrove.

Ekosistem hutan bakau di Sebatik menyebar tidak merata di seluruh pantai dan pesisir. Keberadaan hutan bakau terutama ditemui di pantai yang mempunyai topografi dangkal dan terlindung. Hutan bakau dapat ditemui mulai dari pantai utara bagian utara dan selatan pulau.  Beberapa jenis pohon bakau yang umum dijumpai di Pulau Sebatik adalah bakau (Rhizophora spp), api-api (Avicennia spp), tanjung (Bruguiera spp), tengar (Ceriops spp) dan buta-buta (Exoecaria spp).

Luas hutan mangrove di Kecamatan Sebatik 2.981 hektar, dan yang dimanfaatkan menjadi tambak seluas 114 ha dan saat ini sebagian besar tidak dikelola.  Kendala utama pengelolaan tambak di Pulau Sebatik adalah ketersediaan air tawar. Beberapa lokasi yang terlindung di sekitar hutan mangrove dengan kedalaman air yang memadai dapat dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya laut seperti jenis kerang (Ostrea dan Anadara) dengan sistem rakit dan ikan kakap menggunakan keramba jaring apung disekitar pantai Bambangan, Liang Bunyu, Matingkas, hingga sebelum Batu Lemampu. Di daerah Bambangan banyak ditemukan mangrove dengan jenis Rhizophora spp, di Desa Liang Bunyu jenis Bruquiera spp, dan di Desa Tembaring dan di Desa Setabu jenis Avicenia spp. Sebagian besar mangrove yang ada dikawasan tersebut telah di konversi menjadi lahan tambak, dimana beberapa lahan tambak tersebut kemudian terlantar dan ditinggalkan.  Pola seperti ini hanya bertujuan sebagai

PERIKANAN
Ikan karang (ikan-ikan yang berasosiasi dengan karang) yang menghuni perairan sekitar Kecamatan Pulau Sebatik pada umumnya terdiri dari ikan hias dan ikan karang konsumsi. Jenis-jenis ikan karang hias yang banyak dijumpai di perairan sekitar Pulau Sebatik adalah seperti ikan badut/giru (Amphiprion accoelaris dan A, clarki), ikan sersan (Abudefduf bengalensis, A. lorentzi, A. septemfasciatus, A, sexatilis dan A, sexfasciatus), ikan betok (Chromis, Cinerascens, C, viridis, C, weberi), ikan kakaktua (Scarus ghobban), ikan okpis (Bodianus mesothorax), ikan tringger (Rhinechantus verrucosus), ikan pakol (Arothron immaculatus), ikan einjel (Pomacanthus anularis), ikan kepe-kepe (Chaetodon, Adiergatos, C, baronessa, C. octofasciatus, Cheilmon rostrarus), ikan layaran (Heniochus acuminatus).

Beberapa jenis ikan karang konsumsi yang banyak dijumpai adalah dari jenis ikan kerapu ( Chomileptes altivelis, Ephinephelus fuscoguttatus), ikan kakap (Lutjanus decussatus), ikan baronang (Siganus coralinus, S. dolainus), ikan ekor kuning (Caesio kuning), ikan tanda-tanda (Luiyanus Fulvilamma), ikan pari bintik biru (Halichoeris centriquadrus), ikan gitaran (Rhynchobatus djiddesis), ikan pari (Rhinotera javanica) dan beberapa jenis ikan konsumsi lainnya.

Perairan Sebatik termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) IV Selat Makassar dan Laut Arafura serta WPP VII Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik. Perairan Laut Sulawesi diperkirakan mempunyai potensi udang sekitar 2.500 ton/tahun, sedangkan potensi ikan demersal dan pelagis mencapai 54.860 ton/tahun. Sampai saat ini, pemanfaatan sumberdaya udang telah mencapai batas MSY, sedangkan tingkat pemanfaatan ikan pelagis dan demersal sekitar 61% (DKP dan LIPI, 2001). Di WPP IV, peluang pengembangan untuk pemanfaatan sumberdaya ikan masih terbuka untuk ikan pelagis besar dan pelagis kecil, sementara WPP VII masih terbuka peluang untuk pemanfaatan ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang dan lobster.

Potensi sumberdaya perikanan tangkap di Perairan Nunukan diperkirakan cukup besar meliputi potensi ikan demersal, udang dan ikan pelagis kecil yang tersebar di sekitar Pulau Bukat, Pulau Sebatik, Pulau Nunukan dan Pulau Sekapal. Menurut laporan hasil pendaratan ikan di PPI Sebatik pada saat sebelum berdirinya Kabupaten Nunukan, yaitu tahun 1998 produksi rata-rata perikanan tangkap per bulan mencapai 203,88 ton, produksi rata-rata dapat mencapai 2.446,56 ton/tahun dan udang mencapai 91,09 ton. Menurut data Statistik Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nunukan sampai pada akhir tahun 2003, produksi perikanan tangkap  adalah 6.522,45 ton per tahun, dan produksi tangkapan diperairan umum mencapai 71,16 ton per tahun. Potensi sumberdaya ikan berkaitan erat dengan kondisi perairan Pulau Sebatik, ikan-ikan pelagis ekonomis yang menjadi sasaran penangkapan yaitu ikan tongkol (Euthynnus spp), ikan tenggiri papan (scomberomus commersonni), ikan lemuru (sardinelia longiceps), ikan tembang (Sardinelia fimbriata), ikan parang-parang (Chirocentus dorap), ikan alu-alu (Spyraenal spp), ikan kembung (Rastralinger spp) dan berbagai jenis ikan pelagis lainnya. Sedangkan untuk ikan demersal antara lain adalah ikan bawal hitam (Pormis niger), ikan bawal putih (Pampus argenteus), ikan manyung (Arias talasimus), ikan gerot-gerot (Pamatiasis maculatus), ikan kurisi (Neniteus nematop), udang putih, udang barong dan jenis udang lainnya. Nilai produksi tertinggi dari beberapa jenis ikan hasil tangkapan di Kabupaten Nunukan adalah ikan bawal hitam, kuro, bawal putih, arut, senangin putih, belanak dan parang.   Nilai jual ikan ini dipengaruhi oleh sistem dan rantai perdagangan di Sebatik yang sangat dekat dengan pusat penjualan ikan di Tawao Malaysia.

POTENSI WISATA
Aktivitas periwisata sudah sewajarnya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Untuk mewujudkan hal tersebut, di Kabupaten Nunukan telah dibangun hotel-hotel sebagai tempat peristirahatan bagi wisatawan baik asing maupun domestik. Sampai ahkir tahun 2004 jumlah hotel di Kabupaten Nunukan mencapai 24 hotel yang tersebar di 5 kecamatan yakni Krayan 2 hotel, Sembakung 2 hotel, Nunukan 14 hotel, Sebatik 4 hotel dan Sebuku 3 hotel.

Sebagian besar wistawan asing yang berkunjung ke Kabupaten Nunukan berasal dari Malaysia dan Filipina. Pada tahun 2004 jumlah wisatawan dengan visa yang berasal dari malaysia mencapai 363 pengunjung sedangkan wisatawan asal eropa menacapai 52 orang dengan rincian 38 pengunjung dengan visa dan 14 pengunjung tanpa visa. Kegiatan priwisata di Kecamatan Sebatik sendiri belum begitu berkembang.  Setidaknya ada 6 obyek wisata yang dapat dijadikan sebagai lokasi wisata di Sebatik yang telah diagendakan oleh Dinas Pariwisata.  Daerah pantai yang layak di jadikan sebagai lokasi adalah di Sungai Taiwan, karena memiliki pantai dengan pasir berwarna kuning.  Selain itu juga ada lokasi wisata di pedalaman seperti wisata air terjun, dan wisata dikawasan mangrove.  Daerah yang menjadi target pemgembangan pariwisata adalah di Pantai Batu Lemampu dan Liang Bunyu.
________________________________________
Sumberdaya Non Hayati
________________________________________
Aktivitas Pengelolaan Sumberdaya
________________________________________
Lingkungan
FISIOGRAFI DAN TOPOGRAFI
Topografi Pulau Sebatik cukup bervariasi berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Topografi sebagian besar wilayah Pulau Sebatik mempunyai ketinggian antara 0-500 meter dari permukaan laut (dpl),  dimana 10 % wilayah dengan ketinggian 0-50 m dpl, 75 % wilayah dengan ketinggian 50-150 m dpl,  dan 15 % wilayah dengan ketinggian 150-500 m dpl. Ketinggian maksimum terdapat di pegunungan tengah Pulau Sebatik yaitu 500 m dpl.
Bentuk lahan atau topografi Kecamatan Sebatik bervariasi terdiri atas daerah cekungan (daerah pasang surut, rawa-rawa, endapan pantai, laut), teras laut dan dataran, perbukitan, daerah bergelombang dan bergunung.  Dataran pantai mempunyai kemiringan lereng sebesar kurang dari 2 %, wilayah cekungan (rawa dan teras laut)  dengan kemiringan 2-25 %, daerah perbukitan dan pegunungan tengah dengan kemiringan lereng 25-40 %. Wilayah pesisir pantai Pulau Sebatik didominasi oleh vegetasi mangrove, sedangkan wilayah pegunungan dibagian tengah ditumbuhi oleh hutan sekunder dan sebagian dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.

KLIMATOLOGI
Pulau Sebatik memiliki iklim yang sama dengan iklim di Propinsi Kalimantan Timur yaitu adanya musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi oleh musim peralihan. Selain itu, karena terletak di daerah katulistiwa maka iklim di Pulau Sebatik dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat pada November-April dan angin Muson Timur pada Mei-Oktober.  Pulau sebatik secara umum beriklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,8 oC, suhu terendah 22,9 oC pada bulan Agustus dan tertinggi 33,0 oC pada bulan April. Kelembaban udara berkisar antara 44 persen – 100 persen, dengan kecepatan angin rata-rata 0,5 knots. Penyinaran matahari rata-rata 58,5 persen, terendah 44 persen pada bulan Juni dan tertinggi 76 persen pada bulan April.  Berdasarkan data stasiun klimatologi periode 1998-2000, curah hujan rata-rata 2.280 mm/tahun dengan bulan basah terjadi pada bulan Mei, Juni, Oktober ,Desember (curah hujan > 200 mm/bulan) dan tanpa bulan kering (< 100 mm/bulan).  Di luar bulan-bulan tersebut curah hujan berkisar 100-200 mm/bulan.

OSEANOGRAFI
Kondisi oseanografi di wilayah Sebatik cukup bervariasi. Kondisi pasang surut di pesisir Pulau Sebatik termasuk pasang surut campuran, cenderung bersifat harian ganda (mixed prevailing semi diurnal) dengan 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam sehari dengan amplitudo dan periode pasang surut yang berbeda serta tunggang air (tidal range) maksimum 2,8 m. Kecepatan arus maksimum di perairan pesisir Pulau Sebatik terjadi pada saat pergerakan pasang surut terbesar, yaitu saat neap tide dan spring tide, dengan kecepatan arus rata-rata 87,5-102 cm/detik, arah arus pasang mencapai 250o-333o dan arah surut 36o-130o. Kecepatan arus rata-rata akibat densitas air laut sebesar 8,5-10,7 cm/detik dengan arah 15o-33o saat spring tide dan arah 65o-82o saat neap tide. Kecepatan arus ini semakin mengecil seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan.
________________________________________
Sarana dan Prasarana
Listrik
Kebutuhan listrik di Pulau Sebatik dipenuhi dari PLTD yang disuplai dari Nunukan untuk Sebatik Selatan. Sedangkan untuk Sebatik Utara dipenuhi dari Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTMH)

Telepon
Prasarana dan Sarana Perekonomian
Pasar (6), Toko/Kios (257), Warung Makan (21), Hotel/Penginapan (4), Wartel (3), dan Bank (3)

Transportasi dan Komunikasi
Prasarana transportasi yang tersedi di kecamatan Sebatik sampai tahun 2007 terdiri dari 1 buah pelabuhan speed boat yang melayani ke Kota Tarakan dan Kota Tawau, Malaysia dengan jumlah kapal yang lambat untuk pelayaran dalam negeri berjumlah 1.146 dan pelayaran luar negeri berjumlah 102.

Untuk sarana perhubungan udara belum tersedia karena bandara terdekat ada di Ibukota Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan yang relatif masih bisa dijangkau oleh masyarakat Kecamatan Sebatik. Dari data Dispenda Kaltim unit pembantu UPTD Nunukan di Sebatik mencatat jumlah kendaraan terbanyak yaitu sepedah motor sebanyak 767 unit, bus/mini bus 31 unit, pick up 13 unit, dan truck 6 unit. Untuk data panjang jalan yang ada tahun 2005 sedangkan tahun 2006 belum tersedia datanya.
Sarana komunikasi pada kantor pos Indonesia Sebatik surat yang dikirim sebanyak 6.536 pucuk surat sedangkan surat yang diterima sebanyak 8.748 di kecamatan sebatik terdapat 4 buah wartel. Pelanggan Telkom sebanyak 345 SST yang menikmati sarana komunikasi.
________________________________________
Peluang Investasi
________________________________________
Potensi dan Arahan Pengembangan

Pengembangan yang perlu dilakukan di Pulau Sebatik antara lain pengembangan dan pengelolaan sektor unggulan di Pulau Sebatik, yaitu sektor pertanian dan perkebunan, serta sektor perikanan (budidaya dan tangkap), melalui pengembangan teknologi budidaya, pengolahan pasca panen, penyediaan sarana dan prasarana, pemberdayaan masyarakat, akses permodalan usaha, pengembangan mata pencarian alternatif, dan perluasan akses pasar, dan pengembangan pariwisata bahari, melalui penyediaan sarana dan infrastruktur serta peningkatan promosi yang lebih baik; juga Peningkatan penegakan hukum dan pengawasan yang dilakukan secara kolektif.

Sumber : http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/297

Leave a Reply