Nun, 15 kilometer dari perbatasan Timor Leste terdapat pelabuhan ramai, tempat sandar dan singgah kapal-kapal yang hendak ke Timor Leste dari Indonesia dan sebaliknya. Daerah itu bernama Atapupu, dulu saat Nusa Tenggara acap disebut Sunda Kecil, Atapupu adalah pelabuhan rakyat, ketika sejarah bergerak maju, pelabuhan ini pun semakin ramai dan menjadi pelabuhan penting di daerah perbatasan Indonesia – Timor Leste. Atapupu walau panas tapi cantik, kota kecil ini tersohor dengan pantai pasir putihnya, namanya Pantai Sukaerlaran, kadang karena orang lupa namanya, sering disebut saja Pantai Atapupu.
Tegak di ramainya pelabuhan Atapupu terdapat bangunan berwarna kuning gading, tempat korps Bea Cukai bertugas di perbatasan negara, nama resminya adalah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe B Atapupu. Ini adalah kantor dimana ujung tombak pelayanan Bea Cukai berada di garda terdepan perbatasan. Pelayanan dan pengawasan atas daerah pabean memang tugas utama kantor pabean, namun di perbatasan tugas kantor pabean bertambah, mereka mengemban amanat atas kedaulatan Indonesia di perbatasan. Adanya kantor Bea Cukai di Atapupu adalah perwujudan Tugas Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) dalam melindungi ekonomi Indonesia di perbatasan negara.
Pelabuhan Atapupu sendiri adalah pelabuhan kunci dari perdagangan antar negara Indonesia dan Timor Leste. Di pelabuhan yang sedang melakukan ekspansi dermaga ini, setiap hari barang-barang seperti sembako, tekstil, bahan bangunan sampai kendaraan bermotor diekspor ke Timor Leste. Sementara arus masuk barang dari Timor Leste seperti rempah dan kemiri pun cukup tinggi. Dan dari Kantor Bea Cukai Atapupu inilah arus barang dimonitor dan diawasi dengan ketat.
Penegakan Kedaulatan Di Motaain
Motaain adalah daerah yang kering dan gersang, jika pandang diselayangkan, nun di kejauhan hanya tampak areal meranggas dengan satu dua pohon yang tinggal batangnya, rontok semua daunnya. Dan di Motaain – lah, sebuah pos Bea Cukai yang merupakan kepanjangan tangan dari Kantor Bea Cukai Atapupu bertempat. Di tengah panas teriknya perbatasan, setiap hari teman-teman Bea Cukai menjalankan tugasnya.
Teman-teman Bea Cukai yang berdinas di Motaain mengemban tugas yang tidak main-main. Mereka melakukan pengawasan terhadap lintas batas Indonesia – Timor Leste yang paling ramai. Sebagai area perbatasan, Motaain adalah sebuah daerah yang ramai, simpul ekonomi baru di perbatasan. Memang sebelum adanya pembangunan kawasan perbatasan, Motaain tak lebih dari area gersang tak berpenguni, tapi sekarang Motaain adalah pintu masuk utama perbatasan dua negara, dari sebelumnya daerah tak bertuan kini tumbuh menjadi semacam kota kecil, dengan pos-pos militer, kantor polisi, kios-kios penukaran uang dan pasar.
Pelintas batas di Motaain memang salah satu yang terbanyak, ratusan bahkan ribuan orang di saat tertentu seperti perayan Natal atau Paskah. Dan disinilah salah satu area pengawasan para petugas Bea Cukai Atapupu, lintas batas berarti adalah area yang rawan untuk lalu lintas barang, baik yang legal ataupun yang ilegal. Maka di sinilah para petugas Bea Cukai memasang mata yang lebih tajam untuk mengawasi arus lalu lintas barang tersebut sekaligus mencegah terjadinya penyelundupan di perbatasan.
Seperti pada 2012, ketika sedang melakukan pengawasan rutin di Atapupu, petugas Bea Cukai mencokok seorang pengedar narkoba lintas batas. Iwan Syafei si tersangka penyelundup narkoba ini tertangkap dengan tiga kilogram shabu-shabu yang disimpan di koper. Untung berkat ketelitian petugas Bea Cukai di Atapupu, upaya penyelundupan ini berhasil digagalkan dan Iwan Syafei kemudian dipolisikan.
Kerja keras petugas Bea Cukai di perbatasan tak hanya itu. Seramai-ramainya perbatasan, mereka berada di ujung negara. Di tengah panas terik yang memanggang Motaain mereka harus bertugas sembari mengenyahkan sepi. Tantangan di Motaain disiasati dengan kerjasama antar instansi, tak jarang Bea Cukai berkoordinasi dengan pihak Kepolisian, Militer dan Imigrasi untuk mengawasi daerah di perbatasan. Dengan koordinasi semacam ini maka teman-teman Bea Cukai bisa melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan efektif. Seperti saat kasus Iwan Syafei tersebut, Bea Cukai bekerja sama dengan Kepolisian untuk mengungkap dan menindak penyelundupan kasus shabu-shabu yang nilainya hampir lima miliar rupiah itu.
Penyelundupan memang kisah suram di perbatasan dan ini persoalan utama yang dihadapi teman-teman Bea Cukai di Atapupu. Ihwal utama yang menjadi penyebab penyelundupan adalah kesenjangan ekonomi antara kedua negara, dimana kemudian oknum-oknum mengambil keuntungan dengan melakukan penyelundupan. Yang paling marak adalah penyelundupan BBM, harga BBM di Timor Leste yang dua kali lipat di Atambua membuat banyaknya BBM dari Indonesia masuk ke Timor Leste. Tak jarang mereka menerabas hutan-hutan di perbatasan di sepanjang garis batas Atambua – Timor Leste atau memodifikasi mobil dengan menambah volume tangki untuk mengecoh petugas di perbatasan.
Hal sebaliknya adalah masuknya barang impor yang rata-rata dari Australia di wilayah Atapupu dan Atambua. Anggur, rokok sampai minuman ringan dari negeri Kangguru bisa ditemui di Atambua. Jalur masuknya pun bisa dibilang tak resmi, imbas arus pertukaran barang antar negara tadi. Penyelundupan baik skala besar maupun skala kecil, dari BBM, Kendaraan Bermotor sampai barang-barang kecil inilah yang harus dihadapi Bea Cukai Atapupu.
Kesenjangan ekonomi yang terjadi rupanya menjadikan penyelundupan sebagai musuh utama. Tapi setidaknya dengan personel yang ada, Kantor Bea Cukai Atapupu sudah berusaha sangat keras untuk mencegat tindakan penyelundupan dan memperkarakan para penyelundup di perbatasan. Butuh dukungan nyata dari pemerintah agar Kantor Bea Cukai Atapupu kemudian bisa meningkatkan kinerjanya, menegakkan kedaulatan dan menindak penyelundupan. Ini perlu, agar ada angin sejuk di antara gersangnya perbatasan.
Daulat Ekonomi Perbatasan
Dibandingkan impor, ekspor Indonesia ke Timor Leste memang sangat dominan. Rilis Bank Indonesia pada 2011, menyebutkan bahwa nilai ekspor NTT ke wilayah Timor Leste sebesar $ 6,43 juta atau 32,57% sementara impor NTT dari Timor Leste pada periode yang sama senilai $ 45,04 ribu atau hanya sebesar 0,37% dari total impor. Ini selain menjawab adanya kesenjangan ekonomi juga menunjukkan bagaimana ketergantungan Timor Leste terhadap pasokan dari Indonesia.
Selanjutnya Bank Indonesia melanjutkan rilisnya, barang-barang di Motaain mayoritas dari Indonesia. Setidaknya ini gambaran bagus untuk kedaulatan ekonomi di perbatasan Indonesia – Timor Leste. Ini berita cerah jika dibandingkan berita getir di perbatasan Indonesia – Malaysia, dimana barang-barang Malaysia justru membanjiri pasar perbatasan Kalimantan. Ini cerita suram karena rupanya di Kalimantan, harga barang-barang Malaysia berkali lipat lebih murah daripada barang dari Indonesia yang mayoritas dipasok dari Jawa.
Daulat ekonomi inilah yang terus dijaga oleh teman-teman Bea Cukai di perbatasan. Apalagi di sekitar perbatasan, Motaain, Atambua dan Atapupu ada tren menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Orang-orang Timor Leste memang menggunakan mata uang amerika tersebut untuk bertransaksi. Ini membuat orang-orang Indonesia di perbatasan terpancing menggunakan mata uang dollar karena lebih menguntungkan.
Sebuah laporan dari Kompas menyebutkan bahwa ada kecenderungan transaksi perdagangan di perbatasan menggunakan dollar karena lebih menguntungkan daripada menggunakan rupiah. Bahkan para pedagang mulai lebih suka menjual pada orang-orang Timor Leste daripada ke orang-orang Indonesia. Berkah dollar rupanya sedikit menggerogoti kedaulatan rupiah di perbatasan. Menurut Bank Indonesia porsi penggunaan rupiah adalah 90 % di perbatasan, sementara dollar 10 %, dengan kecenderungan seperti laporan Kompas tadi ada potensi komposisi penggunaan rupiah akan berkurang digerus penggunaan dollar.
Ini juga masalah, jangan sampai fenomena arus perdagangan semacam ini lantas menggerus kedaulatan ekonomi Indonesia di perbatasan. Tentunya kasus seperti di perbatasan Kalimantan dengan skala berbeda jangan sampai terulang di Atapupu. Adalah Bea Cukai Atapupu yang harus sejak dini mengawal arus perdagangan lintas negara ini. Minimal dengan pengawasan terhadap arus barang ekspor dan impor yang memang sudah menjadi domain kerja Bea Cukai maka kedaulatan rupiah tetap terjaga dari gerusan dollar.
Saya membayangkan kerja berat Bea Cukai Atapupu. Beberapa kali penyelundupan skala besar yang kerap terjadi harus dihadapi. Modusnya adalah kapal-kapal besar lego jangkar jauh dari pelabuhan kemudian membuang BBM-nya ke kapal-kapal kecil untuk dibawa ke Timor Leste. Perkara besar seperti inilah yang menjadi tantangan sehari-hari teman-teman Bea Cukai di Atapupu. Dan tentunya fenomena demikian harus ditindak tegas, bukan hanya dilihat sambil lalu.
Dari sebuah daerah kecil, panas dan gersang mereka menjaga kedaulatan ekonomi Tanah Air. Di balik rindu sepi di perbatasan mereka menghalau para penyelundup yang mencoba merongrong kedaulatan Indonesia. Tentunya angkat topi setinggi-tingginya untuk teman-teman Bea Cukai di Atapupu, di terik mentari, di gersang padang rumput di sepinya biru laut, di panasnya perbatasan mereka membela kedaulatan Tanah Air. Dan mungkin harus ada bisikan untuk pemegang kekuasaan agar meningkatkan infrastruktur dan sarana untuk teman-teman di Atapupu, tak lain dan tak bukan demi menjaga tegaknya kedaulatan negara.
Tabik.
Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Blog yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berhadiah jalan-jalan ke NTT dan mengunjungi daerah perbatasan negara. Informasi lengkapnya bisa diakses disini.
Teks : efenerr.com
Sumber Foto :
Blog Bea Cukai Atapupu
Foto Motaain
Sumber Artikel :
1. Pelabuhan Atapupu : Tribunnews.
2. Berita penangkapan penyelundup Narkoba di Motaain tahun 2012 : Beritanda dan Inilah.com
3. Kasus penyelundupan perbatasan Indonesia – Timor Leste : Antara
4. Artikel tentang Kedaulatan Rupiah di Atambua : Bank Indonesia dan Kompas.
Source » http://www.wakrizki.net/2011/02/membuat-komentar-facebook-sederhana.html#ixzz1iqMzJQhE
Tegak di ramainya pelabuhan Atapupu terdapat bangunan berwarna kuning gading, tempat korps Bea Cukai bertugas di perbatasan negara, nama resminya adalah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe B Atapupu. Ini adalah kantor dimana ujung tombak pelayanan Bea Cukai berada di garda terdepan perbatasan. Pelayanan dan pengawasan atas daerah pabean memang tugas utama kantor pabean, namun di perbatasan tugas kantor pabean bertambah, mereka mengemban amanat atas kedaulatan Indonesia di perbatasan. Adanya kantor Bea Cukai di Atapupu adalah perwujudan Tugas Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) dalam melindungi ekonomi Indonesia di perbatasan negara.
Pelabuhan Atapupu sendiri adalah pelabuhan kunci dari perdagangan antar negara Indonesia dan Timor Leste. Di pelabuhan yang sedang melakukan ekspansi dermaga ini, setiap hari barang-barang seperti sembako, tekstil, bahan bangunan sampai kendaraan bermotor diekspor ke Timor Leste. Sementara arus masuk barang dari Timor Leste seperti rempah dan kemiri pun cukup tinggi. Dan dari Kantor Bea Cukai Atapupu inilah arus barang dimonitor dan diawasi dengan ketat.
Penegakan Kedaulatan Di Motaain
Motaain adalah daerah yang kering dan gersang, jika pandang diselayangkan, nun di kejauhan hanya tampak areal meranggas dengan satu dua pohon yang tinggal batangnya, rontok semua daunnya. Dan di Motaain – lah, sebuah pos Bea Cukai yang merupakan kepanjangan tangan dari Kantor Bea Cukai Atapupu bertempat. Di tengah panas teriknya perbatasan, setiap hari teman-teman Bea Cukai menjalankan tugasnya.
Teman-teman Bea Cukai yang berdinas di Motaain mengemban tugas yang tidak main-main. Mereka melakukan pengawasan terhadap lintas batas Indonesia – Timor Leste yang paling ramai. Sebagai area perbatasan, Motaain adalah sebuah daerah yang ramai, simpul ekonomi baru di perbatasan. Memang sebelum adanya pembangunan kawasan perbatasan, Motaain tak lebih dari area gersang tak berpenguni, tapi sekarang Motaain adalah pintu masuk utama perbatasan dua negara, dari sebelumnya daerah tak bertuan kini tumbuh menjadi semacam kota kecil, dengan pos-pos militer, kantor polisi, kios-kios penukaran uang dan pasar.
Pelintas batas di Motaain memang salah satu yang terbanyak, ratusan bahkan ribuan orang di saat tertentu seperti perayan Natal atau Paskah. Dan disinilah salah satu area pengawasan para petugas Bea Cukai Atapupu, lintas batas berarti adalah area yang rawan untuk lalu lintas barang, baik yang legal ataupun yang ilegal. Maka di sinilah para petugas Bea Cukai memasang mata yang lebih tajam untuk mengawasi arus lalu lintas barang tersebut sekaligus mencegah terjadinya penyelundupan di perbatasan.
Seperti pada 2012, ketika sedang melakukan pengawasan rutin di Atapupu, petugas Bea Cukai mencokok seorang pengedar narkoba lintas batas. Iwan Syafei si tersangka penyelundup narkoba ini tertangkap dengan tiga kilogram shabu-shabu yang disimpan di koper. Untung berkat ketelitian petugas Bea Cukai di Atapupu, upaya penyelundupan ini berhasil digagalkan dan Iwan Syafei kemudian dipolisikan.
Kerja keras petugas Bea Cukai di perbatasan tak hanya itu. Seramai-ramainya perbatasan, mereka berada di ujung negara. Di tengah panas terik yang memanggang Motaain mereka harus bertugas sembari mengenyahkan sepi. Tantangan di Motaain disiasati dengan kerjasama antar instansi, tak jarang Bea Cukai berkoordinasi dengan pihak Kepolisian, Militer dan Imigrasi untuk mengawasi daerah di perbatasan. Dengan koordinasi semacam ini maka teman-teman Bea Cukai bisa melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan efektif. Seperti saat kasus Iwan Syafei tersebut, Bea Cukai bekerja sama dengan Kepolisian untuk mengungkap dan menindak penyelundupan kasus shabu-shabu yang nilainya hampir lima miliar rupiah itu.
Penyelundupan memang kisah suram di perbatasan dan ini persoalan utama yang dihadapi teman-teman Bea Cukai di Atapupu. Ihwal utama yang menjadi penyebab penyelundupan adalah kesenjangan ekonomi antara kedua negara, dimana kemudian oknum-oknum mengambil keuntungan dengan melakukan penyelundupan. Yang paling marak adalah penyelundupan BBM, harga BBM di Timor Leste yang dua kali lipat di Atambua membuat banyaknya BBM dari Indonesia masuk ke Timor Leste. Tak jarang mereka menerabas hutan-hutan di perbatasan di sepanjang garis batas Atambua – Timor Leste atau memodifikasi mobil dengan menambah volume tangki untuk mengecoh petugas di perbatasan.
Hal sebaliknya adalah masuknya barang impor yang rata-rata dari Australia di wilayah Atapupu dan Atambua. Anggur, rokok sampai minuman ringan dari negeri Kangguru bisa ditemui di Atambua. Jalur masuknya pun bisa dibilang tak resmi, imbas arus pertukaran barang antar negara tadi. Penyelundupan baik skala besar maupun skala kecil, dari BBM, Kendaraan Bermotor sampai barang-barang kecil inilah yang harus dihadapi Bea Cukai Atapupu.
Kesenjangan ekonomi yang terjadi rupanya menjadikan penyelundupan sebagai musuh utama. Tapi setidaknya dengan personel yang ada, Kantor Bea Cukai Atapupu sudah berusaha sangat keras untuk mencegat tindakan penyelundupan dan memperkarakan para penyelundup di perbatasan. Butuh dukungan nyata dari pemerintah agar Kantor Bea Cukai Atapupu kemudian bisa meningkatkan kinerjanya, menegakkan kedaulatan dan menindak penyelundupan. Ini perlu, agar ada angin sejuk di antara gersangnya perbatasan.
Daulat Ekonomi Perbatasan
Dibandingkan impor, ekspor Indonesia ke Timor Leste memang sangat dominan. Rilis Bank Indonesia pada 2011, menyebutkan bahwa nilai ekspor NTT ke wilayah Timor Leste sebesar $ 6,43 juta atau 32,57% sementara impor NTT dari Timor Leste pada periode yang sama senilai $ 45,04 ribu atau hanya sebesar 0,37% dari total impor. Ini selain menjawab adanya kesenjangan ekonomi juga menunjukkan bagaimana ketergantungan Timor Leste terhadap pasokan dari Indonesia.
Selanjutnya Bank Indonesia melanjutkan rilisnya, barang-barang di Motaain mayoritas dari Indonesia. Setidaknya ini gambaran bagus untuk kedaulatan ekonomi di perbatasan Indonesia – Timor Leste. Ini berita cerah jika dibandingkan berita getir di perbatasan Indonesia – Malaysia, dimana barang-barang Malaysia justru membanjiri pasar perbatasan Kalimantan. Ini cerita suram karena rupanya di Kalimantan, harga barang-barang Malaysia berkali lipat lebih murah daripada barang dari Indonesia yang mayoritas dipasok dari Jawa.
Daulat ekonomi inilah yang terus dijaga oleh teman-teman Bea Cukai di perbatasan. Apalagi di sekitar perbatasan, Motaain, Atambua dan Atapupu ada tren menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Orang-orang Timor Leste memang menggunakan mata uang amerika tersebut untuk bertransaksi. Ini membuat orang-orang Indonesia di perbatasan terpancing menggunakan mata uang dollar karena lebih menguntungkan.
Sebuah laporan dari Kompas menyebutkan bahwa ada kecenderungan transaksi perdagangan di perbatasan menggunakan dollar karena lebih menguntungkan daripada menggunakan rupiah. Bahkan para pedagang mulai lebih suka menjual pada orang-orang Timor Leste daripada ke orang-orang Indonesia. Berkah dollar rupanya sedikit menggerogoti kedaulatan rupiah di perbatasan. Menurut Bank Indonesia porsi penggunaan rupiah adalah 90 % di perbatasan, sementara dollar 10 %, dengan kecenderungan seperti laporan Kompas tadi ada potensi komposisi penggunaan rupiah akan berkurang digerus penggunaan dollar.
Ini juga masalah, jangan sampai fenomena arus perdagangan semacam ini lantas menggerus kedaulatan ekonomi Indonesia di perbatasan. Tentunya kasus seperti di perbatasan Kalimantan dengan skala berbeda jangan sampai terulang di Atapupu. Adalah Bea Cukai Atapupu yang harus sejak dini mengawal arus perdagangan lintas negara ini. Minimal dengan pengawasan terhadap arus barang ekspor dan impor yang memang sudah menjadi domain kerja Bea Cukai maka kedaulatan rupiah tetap terjaga dari gerusan dollar.
Saya membayangkan kerja berat Bea Cukai Atapupu. Beberapa kali penyelundupan skala besar yang kerap terjadi harus dihadapi. Modusnya adalah kapal-kapal besar lego jangkar jauh dari pelabuhan kemudian membuang BBM-nya ke kapal-kapal kecil untuk dibawa ke Timor Leste. Perkara besar seperti inilah yang menjadi tantangan sehari-hari teman-teman Bea Cukai di Atapupu. Dan tentunya fenomena demikian harus ditindak tegas, bukan hanya dilihat sambil lalu.
Dari sebuah daerah kecil, panas dan gersang mereka menjaga kedaulatan ekonomi Tanah Air. Di balik rindu sepi di perbatasan mereka menghalau para penyelundup yang mencoba merongrong kedaulatan Indonesia. Tentunya angkat topi setinggi-tingginya untuk teman-teman Bea Cukai di Atapupu, di terik mentari, di gersang padang rumput di sepinya biru laut, di panasnya perbatasan mereka membela kedaulatan Tanah Air. Dan mungkin harus ada bisikan untuk pemegang kekuasaan agar meningkatkan infrastruktur dan sarana untuk teman-teman di Atapupu, tak lain dan tak bukan demi menjaga tegaknya kedaulatan negara.
Tabik.
Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Blog yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berhadiah jalan-jalan ke NTT dan mengunjungi daerah perbatasan negara. Informasi lengkapnya bisa diakses disini.
Teks : efenerr.com
Sumber Foto :
Blog Bea Cukai Atapupu
Foto Motaain
Sumber Artikel :
1. Pelabuhan Atapupu : Tribunnews.
2. Berita penangkapan penyelundup Narkoba di Motaain tahun 2012 : Beritanda dan Inilah.com
3. Kasus penyelundupan perbatasan Indonesia – Timor Leste : Antara
4. Artikel tentang Kedaulatan Rupiah di Atambua : Bank Indonesia dan Kompas.